Keluarga
sejahtera yang bercirikan ketahanan dan kemandirian yang tinggi, sudah barang
tentu menjadi dambaan kita semua, baik sebagai anggota keluarga maupun sebagai
pribadi atau individu. Bukan saja karena dengan mencapai tingkat kesejahteraan
tertentu, seseorang akan dapat menikmati hidup secara wajar dan menyenangkan
karena tercukupi kebutuhan materill dan spirituilnya, tetapi dengan kondisi
keluarga yang sejahtera kita sebagai anggota keluarga di dalamnya akan mendapat
kesempatan untuk berkembang sesuai dengan potensi, bakat dan kemampuan yang
dimiliki. Sayangnya, upaya untuk mencapai keluarga sejahtera dimaksud tidaklah
semudah membalikkan telapak tangan. Sudah bukan menjadi rahasia lagi, banyak
tantangan dan kendala yang bakal kita hadapi untuk mencapai kesejahteraan yang
menjadi dambaan itu. Dalam lingkup internal keluarga misalnya, hubungan antar
anggota keluarga sekarang ini tidak seharmonis dulu. Baik antara suami isteri
sebagai orangtua, orangtua dengan anak maupun antara sesama anak. Kita
akui, perbedaan pandangan dan pendapat saja sekarang ini sering menjadi pemicu
kurang harmonisnya hubungan suami isteri yang berujung pada terjadinya
perselisihan yang tidak perlu. Bila hal ini terus dibiarkan tanpa kendali, maka
akan terjadi berbagai kasus yang tidak diinginkan, seperti tidak setia pada
pasangan, terjadinya perselingkuhan yang berujung pada terjadinya keretakan
rumahtangga dan perceraian. Hal tersebut jelas akan mengurangi hubungan baik
antara suami isteri di satu sisi, dan penghormatan anak terhadap orangtua di
sisi lainnya mengingat orangtua (baca: ayah dan ibu) adalah sebagai figur
panutan sekaligus teladan bagi anak-anaknya.
Kasus-kasus
seperti ini tidak hanya terjadi di kalangan keluarga miskin, tetapi juga
terjadi pada keluarga berada, pejabat dan publik figur seperti artis, seniman
dan lain-lain. Retaknya hubungan orangtua akan berdampak pada kurang
harmonisnya hubungan antara orangtua dan anak maupun sesama anak. Anak menjadi
kehilangan pegangan sehingga tidak jarang mengakibatkan kegoncangan jiwanya.
Dalam
kasus yang lebih ringan, meskipun tidak terjadi keretakan rumah tangga,
terjalinnya komunikasi yang baik antara orangtua dan anak sekarang ini sudah
menjadi barang yang mahal. Ketatnya persaingan dan perjuangan untuk memenuhi
kebutuhan hidup seiring dengan semakin modernnya kehidupan, telah mengakibatkan
para orangtua lebih banyak menghabiskan waktu untuk mencari nafkah daripada
mengurus anak sehingga anak menjadi kurang terperhatikan. Mereka merasa sendiri
dan kesepian. Bahkan tidak sedikit anak yang merasa asing dan tidak nyaman di
tengah-tengah orangtuanya, manakala setiap bertemu ibu bapaknya selalu hanya
dimarahi, kurang ini itu, dan sebagainya. Dampaknya perkembangan emosi dan jiwa
anak menjadi terganggu. Karena merasa kecewa, sebagian anak mencari pelampiasan
dengan melakukan tindakan untuk menarik perhatian orangtua. Sayangnya, upaya
yang dilakukan cenderung negatif dan melanggar norma-norma yang berlaku di
masyarakat.
Atas
dasar kenyataan tersebut memang sudah saatnya kita khususnya para orangtua
harus lebih peduli terhadap kondisi keluarganya. Keluarga harus dipertahankan
sebaik mungkin agar tetap dapat melaksanakan fungsi-fungsinya terutama yang
berkaitan dengan fungsi reproduksi dalam keluarga. Kasus-kasus yang
terjadi, terutama yang terkait dengan kehidupan seks bebas pada remaja yang telah
menyebabkan kehamilan dan banyaknya kasus aborsi, harus segera ditindaklanjuti
oleh keluarga dengan upaya antisipatif agar hal-hal yang menghancurkan masa
depan keluarga tidak terjadi lagi.
Program-program
Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (PKK) yang bertujuan untuk
memberdayakan keluarga sekaligus meningkatkan kesejahteraanya, menjadi sangat
relevan untuk mengatasi berbagai kemelut persoalan keluarga, apapun bentuknya.
Hal ini mengingat, kesejahteraan keluarga yang dimaksud adalah keluarga yang
sehat, bahagia dan sejahtera lahir batin. Bahagia, sejahtera lahir dan
batin itu sendiri dalam konteks operasional ditandai dengan ketahanannya yang
tinggi seiring dengan dapat dilaksanakannya 8 fungsi keluarga. Maka tidalah
terlalu salah bila sasaran akhir dari kegiatan PKK adalah mencapai keluarga
yang sehat dan berketahanan. Ketahanan keluarga yang dimaksudkan di sini adalah
kondisi dinamik suatu keluarga yang memiliki keuletan dan ketangguhan serta
mengandung kemampuan fisik materiil dan psikis mental spiritual guna hidup
mandiri dan mengembangkan diri dan keluarganya untuk hidup harmonis dalam
meningkatkan kesejahteraan lahir maupun kebahagiaan batin.
Dengan
demikian fungsi dan peran TP PKK dalam menciptakan keluarga yang sehat dan
berketahanan sangat besar mengingat kedudukannya yang sangat strategis. Karena
TP PKK menjadi motor penggerak sekaligus motivator, dinamisator dan
fasilitator kegiatan. TP PKK baik di tingkat propinsi, kabupaten,
kecamatan maupun desa selalu bergerak aktif melakukan pembinaan dan penyuluhan
pada masyarakat dengan harapan hasil pembinaan dan penyuluhan tersebut di bawa
dan diterapkan oleh ibu-ibu di keluarganya masing-masing. Sehingga ibu sebagai
pendamping suami dapat berperan lebih optimal dalam ikut mewujudkan keluarga
yang sehat dan berketahanan. Tidak sekedar hanya mengurusi dapur, sumur dan
kasur yang notabene hanya sebagai pelayanan suami. PKK diperuntukan bagi para
wanita agar dapat mengembangkan dirinya didalam masyarakat. Serta pemberian
waktu bagi para ibu rumah tangga untuk bersama – sama memajukan kualitas serta
harapan kearah yang lebih baik. PKK juga menjadi wadah untuk mengungkapkan
pendapat dan sebagai sarana dalam pemberdayaan perempuan mandiri, cerdas,
terampil dan berguna bagi nusa dan bangsa.
Referensi
: Makalah Peran Organisasi Wanita Dalam Pemberdayaan Perenpuan Di Era Global.
Husain Alwi. 2011


